Selasa, 25 Desember 2012

kisahnyata broken home


Sudah tiga tahun ini Riri berpisah dengan papanya.
Ya, papa dan mamanya telah bercerai saat Riri berumur 8 tahun.
Sekarang, umur Riri sudah 11 tahun, dia semakin mengerti realita hidup yang menimpanya.

Sebenarnya hal ini tidak begitu bermasalah baginya, toh, selama ini tidak ada kendala berarti yang ia temui.
Tapi tidak, sekarang. Hal ini begitu menjadi beban untuknya.
Bathinnya serasa teriris kala ia mengingat kejadian 3 tahun lalu.
Riri masih ingat, saat itu ia hendak berangkat ke sekolah, tiba-tiba papanya memanggil.

“ Ri, kesini nak! “, kata papanya dengan suara yang lemah.
“ Ya, kenapa? “
“ Riri sayang papa, kan? “
“ Iyalah, pa! Kenapa tanya begitu? “, tanya Riri heran akan sikap papanya.
“ Papa mungkin nggak akan tinggal sama Riri lagi. “
“ Kenapa? “, kata Riri yang mulai terisak.
“ Karena papa mau bercerai sama mama. “
“ Cerai itu apa, pa?”
“ Berpisah, Ri. Sudah, kamu belajar yang baik ya? Papa akan sering jenguk Riri.

Riri mengangguk, air matanya jatuh, tapi ia tak mau papa atau mamanya tahu hal itu.
Tercipta kebingungan dan kesedihan yang hebat dalam benaknya. 
“ Apa itu cerai? 
Mengapa harus cerai?”, bathinnya.

Riri sungguh tidak dapat berkonsentrasi mendengarkan penjelasan Bu Herni.
Masih terngiang di telinganya kata-kata pilu yang terucap dari mulut papanya.
Tanpa disadarinya, setitik air mata telah terjatuh dari pelupuk matanya.
Sebuah air mata yang didapatkan dari kebingungan yang besar.

“ Bu, Riri nangis bu! “, suara Farid menyadarkan Riri dari lamunannya.
“ Ri, Riri kenapa? Cerita sama ibu! “
“ Nggak bu, Riri nggak kenapa-napa.

Riri nggak mau cerita. “
“ Nggak apa-apa, cerita aja. “
“ Mmm... Orang tua saya mau bercerai bu!”, seraya pecah tangis Riri.
“ Oh, ya sudah, mungkin itu jalan yang terbaik untuk mama dan papa Riri. 
Sabar ya, sayang! ”
“ Iya, bu. Terimakasih ya bu! “.

Semenjak itu, ada kekuatan yang mendorong Riri untuk dapat hidup dan berkarya walaupun berasal dari keluarga broken home.
Ia pun selalu mendapat juara 1 sejak kelas 1 sampai kelulusan kemarin.
Ia juga selalu masuk kelas A bahkan ia juga dapat masuk SMP Favorit di kotanya dan tentu saja di kelas A.

Selain itu, dia juga banyak menghasilkan cerita dan puisi, serta banyak juga lomba yang dia juarai.
Riri berhasil menepati janji pada papanya, dia juga berhasil menjadi anak sukses dari keluarga broken home.
Dan dia sudah dapat menerima kenyataan orang tuanya sudah bercerai.
Tapi, semua hilang hanya karena kata-kata teman- temannya.

“ Ri, dengar-dengar orang tuamu sudah bercerai ya? “, tanya Fika.
Riri hanya dapat diam... Terasa berat sekali untuk mengatakan yang sebenarnya.
Entah mengapa dia malu mengatakan itu. Malu... sekali!
“ Heii.. Jawab dong! “
“ Eh, iya. Nggak kok! Kata siapa? Ih, ngaco aja... “
“ Oh, ya sudah kali biasa aja. Kok, gugup gitu sih? “

Riri tersenyum, meskipun begitu, hatinya gelisah.
Dalam benaknya, terbesit keinginan untuk lari dari hidup ini.
Tapi, Riri mengurungkanniat bodohnya itu.
Seketika, sekelebat bayangan kelam itu terlintas lagi, Riri mengingatnya lagi.

Kejadian ini bagai Tsunami di hari yang tenang, pertanyaan itu merampas semua ketenangan Riri.
Setelah itu, pertanyaan-pertanyaan sejenis terus bermunculan, seakan tahu orang tua Riri memang bercerai. 
Dan jawaban yang sama pula yang ia lontarkan, jawaban yang mencerminkan bahwa keadaan keluarga Riri baik-baik saja.

Riri merasa letih, nilai-nilainya anjlok, dia sudah jarang berkarya akibat tekanan kuat di jiwanya.
Riri bosan mendengar pertanyaan pahit akan kedua orang tuanya. 
Riri juga sedih dan kesal melihat orang tuanya berkeluarga lagi. 
Riri tidak mau seperti ini. Riri mau papa dan mamanya rujuk kembali.

Tapi yang terjadi, papa malah menikah dengan tante Dila dan mama menjalin hubungan dengan om Ben.
Satu lagi yang membebani Riri adalah, Om Ben dan mamanya sering menjemputnya ke sekolah sambil menunjukkan kemesraan mereka.
Jelas saja teman-temannya kerap bertanya, “ Itu papamu? “,
dan Riri menjawab bukan, karena Riri enggan menyebutnya papa walau sekedar berbohong karena
menurutnya papanya ya tetap papa Charles. 

Tapi teman-temannya malah bertanya lagi, “ Siapa dong?
Kok mesra banget kayak orang pacaran? “.
Nah, kalau sudah begini, Riri yang akan kebingungan mencari
jawabannya karena kalau jawab itu adalah pacar mamanya, sama saja
Riri mengatakan bahwa mama dan papanya memang sudah bercerai, 
atau kalau teman-temannya mempercayai Riri bahwa mama dan papanya tidak bercerai,
teman- temannya akan mengira kalau Mama Riri berselingkuh.

Kalau dibilang itu saudara atau sahabat mamanya, teman- temannya tidak akan percaya,
karena kemesraan yang ditunjukkan mama dan om Ben tidak bisa dikatakan kemesraan sebagai saudara atau sahabat.
Karena itulah, Riri hanya menjawabnya dengan senyum atau berkata, 
“ Ah, nggak penting! “.
Riri sangat ingin mengatakan pada orang tuanya bahwa dia malu ataskeadaan ini, tapi dia takut akan melukai perasaan keduanya.

Akhirnya dia pun mengambil keputusan yang menurutnya baik dengan bergantung pada prinsip life must go on yaitu,
dia akan mencoba menjalani hidup dengan baik seperti dulu lagi, menyusun puzzle-puzzle
kehidupannya yang sempat tercerai- berai dan menutup telinganya untuk
semua pertanyaan pahit akan orang tuanya.
Riri akan menjaga rahasia orang tuanya sampai semuanya terungkap sendiri.

0 komentar:

Posting Komentar